Selasa, 20 Desember 2011

Kegiatan BKM

Kegiatan BKM BKM charisma Desa Kajen, sejak tahun 2008 telah melaksanakan Program Nasional Penanggulangan Kemiskinan Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) : Kegiatan yang dilaksanakannya meliputi : 1. Kegiatan Lingkungan 2. Kegiatan Ekonomi 3. Kegiatan Sosial Kegiatan Lingkungan meliputi : 1. Pembuatan/Rehab Rabat Beton (gang/Trotoar) 2. Pembuatan/RehabSaluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 3. Jembatan Plat 4. Pembangunan MCK dan Air Bersih 5. Rehabilitasi Rumah Kumuh 6. dll Kegiatan Ekonomi : * Dana Bergulir kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (Ekonomi Produktif) Kegiatan Sosial : 1. Kursus Menjahit 2. Kursus Komputer 3. Kursus Pembuatan Kue Kering 4. Kursus Mengemudi 5. Kursus Las

Minggu, 18 Desember 2011

RELAWAN

Program penanggulangan kemiskinan adalah program yang berkelanjutan dan penanganan masalah kemiskinan membutuhkan intervensi semua pihak, secara bersama-sama dan terkoordinasi. Selama ini penanganan cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan, juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan sistemik dan menyeluruh. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, tahun 2007 Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Melalui program itu dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan masalah kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Sedikit Banyak perjalanan BKM Kajen

Perjalanan PNPM yang hadir sejak awal 2007 sampai sekarang, dirasakan sangat bermanfaat bagi pengentasan kemiskinan di desa Kajen, banyak kegiatan atau penerima manfaat merasa puas atas kebijakan yang dibuat oleh BKM yang di tuangkan di dalam PJM nya. Kegiatan lingkungan yang telah di lakukan juga berbasis pada banyak warga PS2 yang menerima manfaat, kegiatan sosial juga demikian, untuk kegiatan ekonomi bergulir dalam pemanfaatannya sangat menggembirakan, dimana target pengukuran yang ditetapkan hasil nya sangat memuaskan setelah berjalan selama kurang lebih 3 tahun, bahkan KSM tunggu terbilang cukup banyak, dikarenakan modal di UPK belum bisa mencukupi. Semua keberhasilan perjalanan program tentunya terjalin keharmonisan diantara BKM, Pemdes, juga masyarakat desa Kajen, mereka saling bahu membahu agar program berjalan dengan baik. BKM Charisma dalam mengawal program sangat teliti sekali, di mana personal yang duduk di BKM aktif dalam mengelola dan sangat kooperatif sekali dengan perangkat yang dia punyai, masing masing UP-UP, dan secretariat dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh BKM Charisma, terbukti rapat BKM dilakukan rutin sebulan minimal sekali, bahkan lebih. Berikut ini adalah daftar nama nama anggota BKM Charisma dan UP-UP dan kesekretariatan. Pemdes yang didukung oleh Kepala Desa bernama Zubaedi beserta perangkatnya sangat pro aktif dalam mengawal program, ini di buktikan dengan hadirnya beliau dalam setiap rapat yang diadakan oleh BKM. Masyarakat Kajen juga sangat mendukung program terbukti dengan munculnya swadaya yang sangat besar untuk menunjang dana stimulan. Ada salah satu dari sekian warga di Kajen yang sangat pro aktif dalam membantu agar program yang berjalan sesuai prosedur dan baik. M SAFI’I begitulah orang tuanya memberi nama, lahir di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso, Kab. Pati. pada tahun 1965, beliau sangat aktif dalam mengawal program dari awal adanya PNPM MP ada di desa Kajen, awal jabatan dia adalah relawan, yang selalu meluangkan waktu mengawal Fasilitator dalam melakukan Sosialisasi ke setiap RT yang ada di wilayah desa Kajen. M SAFI’I bukan manusia utuh, dengan keadaan cacat tubuh yang ada, berjalan saja dia tidak bisa, jadi kemanapun dia pergi harus ada yang menggendong, tetapi tidak lah mengurangi dia bisa berkiprah dalam pengabdian kepada masyarakat. Jabatan relawan yang dia peroleh sangat dia banggakan, sampai dia sekarang masuk dalam keanggotaan BKM Charisma, bahkan sebagai alat dia untuk lebih getol dalam menyalurkan ide bahkan kreatifitas yang dia punya. M Safi’I disamping menjadi relawan, di kegiatan fisik sebelum jadi anggota BKM juga pernah menjadi Ketua KSM lingkungan, KSM tersebut melaksanakan kegiatan pengaspalan jalan dan juga buis U dengan nama KSM MASAKIN, Safi’I selaku ketua KSM tersebut diatas dalam mengelola dana swadaya Masyarakat tidak segan segan mengunjungi orang orang berduit agar mau mengeluarkan sedikit hartanya dalam menunjang kegiatan pengaspalan jalan, tidak tanggung tanggung yang dia kunjungi adalah : Kyai Haji Muad Tohir, Kyai Haji Nukman Tohir, Kyai Haji Mujiburrohman, Kyai Haji Asnawi, dll. Demikian contoh pelaku dalam kesuksesan PNPM di sebuah desa Kajen, yang mana nama M Syafi’I tidak bisa dianggap enteng dalam sebuah perjalanan PNPM di desa Kajen, sebagai pemacu semangat yang lain, dikarenakan dengan semua kekurangan yang ada mampu dan mau bahkan peduli dalam memajukan perkembangan di desa Kajen tercinta.

Malam Jum'at Seperti Malam Minggu

Malam minggu pada umumnya Malam yang Ramai, Seru, dan Asyik bagi Pemuda dan Pemudi, dimana mereka menghambiskan malam tersebut dengan berkumpul disuatu tempat yang yang banyak dikunjungi oleh orang dan pastinya tempat itu ramai. Bagai "Diman Ada Gula, Disitu Ada Semut". Namun sebaliknya, di Desa Kajen pada Malam minggu cenderung sepi dan ramainya pada Malam Jum'at. Kebalikan dari tempat-tempat lainnya, yang pada malam minggu ramai. Mungkin malam minggunya Desa Kajen adalah Malam Jum'at, dimana Malam Jum'at di Desa Kajen tak kalah ramainya dengan malam minggu, dikarnakan setiap malam jum'at banyak para peziarah yang datang dari berbagai wilayah ataupun masayarakat Desa Kajen dan para santri, untuk berziarah ke Makam KH. Ahmad Mutamakkin. Jika pada malam minggu dipenuhi oleh para pemuda dan pemudi, maka pada malam jum'at di Desa Kajen banyak dipenuhi oleh Orang Tua, pemuda dan pemudi bahkan anak-anak kecil, mereka semua kebanyakan datang dari berbagai luar Desa Kajen untuk berziarah. Tak hanya malam saja, paginyapun tetap ramai seperti malam, namun tampak beda dari malam hari. Yang begitu ramai, penuh dengan orang dan desak-desakan seperti Malam minggu di tempat lain, tapi di Desa Kajen malah Sebaliknya bahkan lebih ramai dari pada malam minggu di tempat lain. Semua itu bukan seperti malam minggu ditempat lain yang hanya pestaporia, tapi mereka berziarah ke makam KH. Ahmad Mutamakkin, bukan untuk bersenang-senang.

Sabtu, 17 Desember 2011

Sejarah Masjid Jami Desa Kajen, Margoyoso, Pati Pertahankan keaslian bangunan

TIDAK ba­nyak masjid tua di Ka­bu­pa­ten Pati yang masih ter­lihat mempertahankan ar­sitekturnya yang kuno. Di antara sedikit masjid kuno yang masih di­pertahankan keasliannya ada­lah Masjid Jami Desa Ka­jen, Kecamatan Margoyoso, Pa­ti. Nuansa tempo dulu ma­sih terlihat pada masjid yang di­dirikan oleh KH Ahmad Muttammakin itu. Menurut pengurus masjid Desa Kajen, KH Muadz Thohir, renovasi ba­gian masjid terakhir kali di­lakukan pada tahun 1960-an. ”Saat itu hanya bagian sam­ping yang diperbaiki,” tu­turnya. Sementara itu din­ding ba­gian depan, sampai sa­at ini ma­sih tetap menggu­na­kan ka­yu. Bahkan sebagi­an kayu yang menjadi bagian ba­ngunan masjid, sudah ber­usia ratusan tahun. Meskipun sudah di­ma­kan usia, kayu yang mendominasi ba­ngun­an masjid masih terlihat cukup kuat. Mengkilap Selain banyak didominasi kayu, nuan­sa kuno pada bangunan Masjid Kajen juga bi­sa dilihat pada lantai masjid yang masih menggunakan tegel. Bentuk tegel seder­ha­na di masjid tadi telah berubah menjadi meng­kilap, karena umurnya sudah lebih da­ri seratus tahun. Tidak hanya bentuk bangunannya yang khas. Aktivitas keagamaan di Mas­jid Desa Kajen juga cukup berbeda de­ngan masjid kebanyakan. Salah satunya terlihat saat pelaksanaan salat ta­rawih yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama men­ja­lankan salat tarawih dengan ba­caan Alquran sebanyak sa­tu juz. Sedangkan kelompok ke­dua menjalankan salat ta­ra­wih di serambi masjid de­ngan membaca surat-surat pendek. Salat Jumat di masjid ter­sebut juga cukup khas. Kha­tib yang membacakan khotbah di Masjid Kajen biasanya menggunakan bahasa Arab pada semua bagian khotbah, baik khotbah pertama mau­pun kedua. Waktu khotbah bisanya juga lebih singkat, sehingga jamaah yang tidak segera datang ke masjid setelah mendengar adzan akan ketinggalan mengikuti salat Jumat. Selain untuk salat, di masjid tadi juga sering dijumpai sejumlah santri yang sedang menghafalkan Alquran. Menurut KH Muadz Thohir, saat ini Masjid Kajen dikelola Yayasan Pengelola Makam KH Ahmad Muttammakin. "Belum lama ini dilakukan perbaikan kolah (penampung air) yang menghabiskan ratusan juta, dananya juga dari pengelolaan makam," lanjutnya. Juk-pu.

Makam K.H. ACHMAD MUTTAMAKKIN

Makam K.H. ACHMAD MUTTAMAKKIN
Foto Makam Foto Makam • Lokasi Di Desa Kajen Kec. Margoyoso. • Obyek wisata yang dikunjungi Makam,Masjid dan komplek toko oleh-oleh khas. • Waktu kunjungan 60 menit ( 08.00 s/d 09.00 ) • K.H. Achmad Muttamakkin adalah seorang Kyai Putra dari Raden Sumohadi Negoro yang kedua, Ia dianggap menyimpang oleh ulama – ulama lain karena memelihara dua ekor anjing yang diberi nama Abdul Kahar dan Kamarudin dan gemar mengadakan pertunjukan Wayang Purwo. Kabar tersebut didenga oleh sang Baginda Raja sehingga K.H. Achmad Muttamakkin dipanggil, setelah dijelaskan oleh beliau Sang Baginda Raja membenarkan dan dipuji atas surou – surou dari K.H. Achmad Mutamakkin itu. • Cerita selengkapnya akan dijelaskan oleh juru kunci.

PNPM MANDIRI, UPAYA KELUAR DARI KEMISKINAN

PNPM MANDIRI, UPAYA KELUAR DARI KEMISKINAN pnpmlogoKemiskinan masih menjadi beban persoalan bangsa. Meski sejak didirikannya Republik ini bercita-cita menuju masyarakat adil-makmur (artinya, bebas dari kemiskinan) kenyataannya problem kemiskinan tetap dialami dan menjerat kehidupan warga kebanyakan. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2006 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 39,05 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah seluruh penduduk. Besarnya jumlah penduduk miskin tersebut mendorong pemerintah membuat target penurunan jumlah penduduk miskin. Seperti ditunjukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 yang menetapkan bahwa hingga akhir tahun 2009 angka penurunannya akan diupayakan sebesar 8,2 persen. Untuk mencapai itu akan ditempuh triple track strategy mencakup penanggulangan kemiskinan (pro-poor); perluasan kesempatan kerja (pro-job); dan peningkatan pertumbuhan (pro-growth). Sejalan itu dalam sidang kabinet pada 7 September 2006 ditetapkan kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui konsolidasi program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Kebijakan itu ditindaklanjuti dengan pengumuman pemerintah untuk melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mulai tahun 2007. PNPM sendiri sejatinya bukan merupakan program baru. Ia merupakan wadah bagi terintegrasinya program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan diperluas secara nasional. Untuk tahun 2007, diintegrasikan dua program, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). PNPM 2007 mencakup 1.993 kecamatan di perdesaan dan 834 kecamatan di perkotaan atau sekitar 50.000 desa/kelurahan. Tahun 2008, PNPM akan mengintegrasikan seluruh program penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian dan lembaga dan mencakup 3.800 kecamatan. Selanjutnya pada tahun 2009 secara kumulatif seluruh kecamatan di Indonesia (5.263 kecamatan) akan menjadi penerima manfaat PNPM ini. Presiden SBY sendiri telah menetapkan nama program ini menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau disingkat menjadi Program Mandiri yang bertujuan meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. Program ini menjadi satu diantara program utama penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, selain program-program lain yang telah ada, seperti Raskin; Askeskin; BOS; pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah; pengembangan bahan bakar nabati dan energi alternatif; peningkatan ketahanan pangan; sertifikasi tanah bagi rakyat miskin; dll. PNPM Mandiri 2007 mencakup 21,92 juta orang atau 5,46 juta KK miskin di perdesaan dan 10 juta orang atau 2,5 juta KK miskin di perkotaan. Lapangan kerja baru yang diciptakan PNPM Mandiri di tahun 2007 diperkirakan sekitar 12,5-14,4 juta orang dengan patokan dimana pada setiap desa tercipta 250 lapangan kerja per tahun. Perlu diketahui PNPM Mandiri sekaligus merupakan instrumen program untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) sehingga di dalamnya dikembangkan paket-paket pemberdayaan masyarakat yang baru yang secara khusus diarahkan untuk mewujudkan sasaran-sasaran pencapaian MDGs di lokasi tersebut, misal untuk menekan angka kematian ibu saat melahirkan; mengurangi jumlah kematian anak; dll. Karenanya kurun waktu PNPM Mandiri berkemungkinan diperluas sejalan dengan cakupan waktu pencapaian MDGs, yaitu tahun 2015. Hingga tahun 2009 (Data Menkokesra, tahun 2008) besarnya dana yang akan dikucurkan melalui PNPM Mandiri akan mencapai Rp 32,06 triliun, dimana pada tahun 2007 besarnya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) setiap kecamatan antara Rp 0,5-1,5 miliar. Mulai tahun 2008, BLM diproyeksikan naik menjadi Rp 3 miliar per kecamatan per tahun. Pembiayaan program berasal dari Pemerintah Pusat (APBN); Pemerintah Daerah (APBD); dan swadaya masyarakat. Lapangan kerja baru yang bisa diciptakan di tahun 2009 jika per kecamatan per tahun mendapat Rp 3 miliar adalah sebesar 24 juta orang secara langsung dan sebesar 16 juta orang secara tidak langsung akan mendapatkan manfaat dari PNPM Mandiri. Kelompok utama yang menjadi sasaran PNPM Mandiri adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan; kelembagaan masyarakat di perdesaan; dan kelembagaan pemerintah lokal. PNPM Mandiri di Lampung Penting diketahui bahwa di Lampung Program Mandiri telah diterapkan sejak tahun 1998. Di awal pelaksanaannya program ini dikenal sebagai Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Di tahun 1998 PPK di Lampung hingga tahun 2007 men-cover 78 kecamatan di 8 kabupaten (Lampung Tengah; Lampung Utara; Lampung Timur; Tulang Bawang; Way Kanan; Lampung Selatan; Tanggamus) dengan total BLM PPK 1998-2007 sebesar Rp 288.500.000.000,-. Memasuki tahun 2008 dengan diintegrasikannya PPK kedalam PNPM Mandiri wilayah sasaran program (covering area) –nya bertambah hingga meliputi 91 kecamatan di 8 kabupaten yang sama. Dan dengan adanya penambahan itu bila dihitung total BLM yang disalurkan dari 1998 hingga 2008 maka besaran nilai bantuannya mencapai angka Rp 407.978.510.000,-. Dari penilaian program pengelolaan dana sebesar ini mencapai beberapa keberhasilan. Diantara keberhasilannya adalah tingginya keterlibatan warga miskin dan perempuan dalam pelaksanaan program; tersedianya lapangan kerja; mulai terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa/antar desa; terjadi peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam pembangunan partisipatif; berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri bagi masyarakat; terlembaganya pengelolaan dana bergulir; dll. Khususnya mengenai kesempatan kerja yang berhasil diserap melalui PNPM Mandiri di Lampung di tahun 2007 mencapai 231.009 tenaga kerja (dalam PNPM Mandiri diistilahkan sebagai HOK= Hari Orang Kerja) dengan nilai dana Rp 5.775.225.000,-. Namun bila dihitung dari sejak pelaksanaan PPK yang pertama maka sampai dengan tahun 2007 tenaga kerja yang terserap di kesempatan kerja yang disediakan oleh PNPM Mandiri adalah sebanyak 1.107.646 HOK atau setara dukungan dana Rp 27.691.150.000,- Sementara, pada tingkat penyerapan ekonomi bergulir (baik itu dukungan untuk Ekonomi Produktif/UEP dan dana simpan pinjam/SPP), menurut data mutakhir PNPM Lampung, nilai pinjaman UEP yang ada di masyarakat sampai dengan bulan Maret 2008 adalah sebesar Rp 43.320.626.717,-. Di kurun waktu yang sama pinjaman SPP yang berputar di masyarakat mencapai Rp 28.940.063.466,-. Dan total aset produktif di Provinsi Lampung berdasar catatan data hingga bulan Januari 2008 adalah senilai Rp 45.257.425.197,-. Pada aspek pembangunan prasarana fisik PNPM Mandiri di Lampung hingga tahun terakhir berhasil membangun beragam infrastruktur yang tersebar di 8 kabupaten seperti jalan (816 unit/total panjang 1.010 Km); jembatan (206 unit); sarana air bersih (1.106 unit); pipanisasi air (19 Km); MCK (16 unit); irigasi (38 unit/panjang 29 Km); drainase (14 Km); pasar baru (56 unit); listrik (13 unit); talud/brojong (38 Km); tanggung (13 Km); gorong-gorong (3.397 unit); dll. Lain halnya di bidang kegiatan pendidikan dan kesehatan, hingga kini berhasil terbangun pos kesehatan (141 unit); sekolah baru (133 unit); rehab gedung sekolah (112 unit); beasiswa (847 siswa); dll. Cukup menggembirakan bahwa hasil audit terhadap penggunaan dana non prosedural selama periode pelaksanaan program tahun 1998-2008, yang dilakukan konsultan/fasilitator dan hasil pemeriksaan eksternal BPKP, temuan prosentase penggunaan dana non prosedural terhadap BLM hanya 0,36%. Sementara hasil audit auditor independen menyatakan penyimpangan dana yang ditemukan adalah kurang dari 1%. Kedepan, program ini masih menghadapi beragam tantangan. Diantaranya adalah proses berliku untuk mengintegrasikan perencanaan pembangunan partisipatif sesuai Permendagri No. 66/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa. Keterpaduan program pembangunan sejenis masih bersifat lemah baik dari segi dana, waktu dan mekanisme pengelolaan. Tapi belajar dari pengalaman keberhasilan PNPM Ma ndiri sepenuhnya terletak di tangan para pelakunya, mulai dari desa hingga tingkat provinsi.

Jumat, 16 Desember 2011

Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri

 

Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :
  1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
  2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah :
  1. Tujuan Umum
    • Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
  2. Tujuan Khusus
    • Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
    • Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.
    • Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)
    • Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
    • Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
    • Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
    • Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.